DARAH seni Budi "Dalton" Setiawan menurun dari ayahnya Dana Setia (alm.), seorang tokoh seniman dan budayawan Jawa Barat. Tak heran jika kemudian calon Wali Kota Bandung ini terlihat nyentrik.
Di bidang seni, pria yang lahir 40 tahun silam ini pernah tampil dalam sejumlah judul film televisi dan layar lebar. Seperti "Bukan Cinta Biasa", "Masih Bukan Cinta Biasa", "Tarik Jabrik 3", serta beberapa FTV, di antaranya "Bodyguard From Bandung di Body" dan "Tarik Jabrix The Series". Termask sejumlah pertunjukan musik, "Dawai Concert" (Singapore-Malaysia) sebagai sutradara dan "Metahistory of Preanger Legacy" (Nijmegen, Eindhoven) sebagai Pangrajah.
Suami dari Eva Maylora Hidayat ini, secara informal pendidikan seni didapatkannya dari Harry Roesli (alm.). Kini, pria nyentrik yang akrab disapa Budi Dalton ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Seni Musik di Universitas Pasundan Bandung.
Ditilik dari latar belakangnya, tentu saja dunia politik yang kini disentuhnya merupakan dunia baru. Namun demi perubahan dan Bandung ngeunaheun deui, Budi maju sebagai calon wali kota dari jalur independen.
"Saya ini ada di wilayah seniman dan budayawan. Kita selalu teriakkan kejenuhan dan apa pun opini-opini yang kurang baik, kita utarakan lewat puisi dan lagu. Tapi rupanya itu enggak mengubah apa-apa," ujar aktivis Rumah Musik Harry Roesli ini.
Humoris
Budi dikenal sebagai sosok yang humoris. Namun bukan berarti ia tak bisa serius. "Masalah pembawaan seperti suka bercanda, memang saya selalu begitu karena sudah karakter. Tapi bukan berarti saya tidak bisa menjalankan hal yang serius," terangnya.
Untuk menjalankan sesuatu yang serius, baginya tidak harus menjadi orang yang serius dulu. "Saya buat deal dengan tim, saya mau (mencalonkan, red) tapi jangan mengubah karakter saya. Karena saya sudah jadi 'orang', jangan ubah saya. Kalau diubah, malah saya akan jadi yang aneh-aneh," ungkap El Presidente of Bikers Brotherhood MC Indonesia 2008 ini.
Setelah mencalonkan diri, Budi mengaku tidak luput dari sentimen. "Ada yang menarik, saat saya datang ke suatu tempat dibilang kampanye. Anu tragis mah, saya datang ka masjid buat jumatan juga dibilang abong
kampanye. Sekarang segala sesuatu dipolitisasi," tandasnya.
Namun, Budi tidak memedulikannya. Ia yakin gerakannya murni datang dari rakyat.
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !