Lima pemimpin agama di Provinsi Maluku menolak segelintir kalangan yang tidak sepakat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Maluku putaran dua digelar, 14 Desember 2013 mendatang. Sebaliknya secara tegas kelima pemimpin agama itu justeru sepakat agar Pilkada Maluku digelar sesuai jadwal Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Maluku, pada tanggal 14 Desember 2013. Karena itu mereka mengimbau kepada seluruh warga di Maluku agar bersama-sama mendukung Pilkada Maluku digelar 14 Desember dan menolak segelintir kelompok yang tak sepakat Pilkada putaran dua digelar pada tanggal tersebut.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Idrus Toekan, Ketua Sinode GPM Pendeta Dr Jhon Ruhulessin, Ketua Walubi Wilhelmus Jauwerissa, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Maluku I Wayang Sukata, dan Wakil Uskup Amboina Wilayah Kota Ambon, Pastor Amandus Oratmangun, Pr, mewakili ketua Uskup Diosis Amboina, saat ‘Dialog Agama-Agama’, yang digelar ARMC IAIN Ambon, di Aula IAIN Ambon, Sabtu, 30 November 2013.
Ketua MUI Maluku Idrus Toekan, menandaskan, pilihan menolak Pilkada Maluku putaran kedua merupakan suatu tindakan melawan aturan dan hukum yang berlaku di negara. Untuk itu, sebagai warga muslim, selayaknya memberikan dukungan kepada KPU Maluku agar dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pernyataan tegas serupa juga disampaikan Ketua Sinode GPM Pendeta Dr Jhon Ruhulessin. Ruhulessin menegaskan, seluruh gereja di Maluku memberikan dukungan kepada KPU Maluku untuk melakukan Pilkada Putaran kedua sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Kata dia, Pilkada Maluku yang digelar pada tanggal 14 Desember 2013 mendatang, sama sekali tidak mengganggu jalannya proses ibadah advent menjelang puncak Natal pada tanggal 25 Desember 2013.
“Kecuali Pilkadanya digelar tanggal 25 Desember. Tentu kami tidak sepakat. Kalau dilaksanakan sebelum tanggal itu, maka umat Kristen seluruhnya mendukung,” tegas dia.
Jalannya Pilkada putaran kedua nanti, kata dia, sama sekali tidak mengganggu proses ibadah umat Kristiani di Maluku. Kalau ada orang yang mengklaim Pilkada kedua akan mengganggu jalannya proses advent dan Natal, maka hal itu merupakan pernyataan politikal. Pernyataan itu harus ditolak dan dilawan bersama.
“Kalau ada orang yang mulai sentuh-sentuh agama, bahwa jangan bikin Pilkada di bulan Desember 2013 karena itu ada adventus, Natal, mengganggu orang Kristen, itu semua tidak benar. Itu politikal. Sebagai Ketua Sinode, saya tegaskan bahwa itu politisasi agama. Dan itu musti ditolak. Karena itu bagian dari sikap orang yang membawa agama ke dalam politik. Dan, itu bisa menghancurkan Maluku. Bahkan, dari setiap proses ibadah, pihaknya berdoa agar Pilkada ini berjalan dengan aman dan damai, serta penuh semangat untuk kemaslahatan orang Maluku. Seluruh umat Muslim, saya ingin tegaskan bahwa gereja-gereja tidak tolak Pilkada putaran kedua. Kami memberikan dukungan penuh,” tegas dia, sekaligus menjadi klarifikasi isu yang berkembang saat ini.
Pernyataan dukungan Pilkada Maluku putaran kedua juga ditegaskan Ketua PHDI Maluku I Wayang Sukata, bahwa tidak ada alasan untuk menolak Pilkada putaran kedua. Pilkada merupakan agenda negara, yang harus didukung oleh semua orang. Untuk itu, dirinya meminta kepada seluruh warga di Maluku agar memilih pemimpin yang baik, sehingga ke depan tidak mengecewakan.
Serupa, ditegaskan Wakil Uskup Amboina Wilayah Kota Ambon, Pastor Amandus Oratmangun, Pr, mewakili Ketua Uskup Diosis Amboina, bahwa seluruh Katolik mendukung Pilkada Maluku dihelat pada tanggal 14 Desember 2013, sesuai jadwal di KPU. Kalaupun saat ini ada yang menolak, kata dia, hal itu lantaran terjadi ketidakpuasaan, dan hal ini perlu dicurigai karena ada kepentingan.
Bagi dia, dalam sebuah pertarungan, pasti ada kalah dan menang. Maka harus diterima saja apa yang sudah menjadi keputusan lembaga, yang dipercayakan negara untuk menangani Pilkada ini. Bahkan, dirinya menyebutkan kalau Pilkada digelar pada bulan Desember itu sangat tepat. Alasannya, umat Katolik akan memilih dengan doa, dan hati yang penuh tenang, serta tidak tergoda oleh apapun.
“Saya pribadi mendukung Pilkada putaran kedua, 14 Desember” tegas dia. Hal serupa ditegaskan Ketua Walubi Wilhelmus Jauwerissa, bahwa percepatan Pilkada itu sangat baik. Alasannya, Maluku akan lebih baik di masa mendatang, bila memiliki pemimpin yang definitif. Untuk itulah, Pilkada putaran kedua harus segera dilakukan demi mendapatkan pemimpin yang baik, layak dan cerdas dari kandidat yang siap untuk dipilih. Ia berharap, agar KPU segera melakukan kegiatan ini, karena kalau ditunda akan memperpanjang biaya.
“Rakyat harus sukseskan Pilkada putaran kedua. Karena itu digelar dengan uang rakyat. Jangan lagi ada pemborosan. Mari sama-sama wujudkannya. Pilihlah dan coblos pemimpin yang dapat membangun Maluku lebih maju. Pilkada kedua harus sukses. Jangan lagi korbankan umat karena kepentingan pribadi atau golongan,” tegas dia, mengakhiri.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Idrus Toekan, Ketua Sinode GPM Pendeta Dr Jhon Ruhulessin, Ketua Walubi Wilhelmus Jauwerissa, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Maluku I Wayang Sukata, dan Wakil Uskup Amboina Wilayah Kota Ambon, Pastor Amandus Oratmangun, Pr, mewakili ketua Uskup Diosis Amboina, saat ‘Dialog Agama-Agama’, yang digelar ARMC IAIN Ambon, di Aula IAIN Ambon, Sabtu, 30 November 2013.
Ketua MUI Maluku Idrus Toekan, menandaskan, pilihan menolak Pilkada Maluku putaran kedua merupakan suatu tindakan melawan aturan dan hukum yang berlaku di negara. Untuk itu, sebagai warga muslim, selayaknya memberikan dukungan kepada KPU Maluku agar dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pernyataan tegas serupa juga disampaikan Ketua Sinode GPM Pendeta Dr Jhon Ruhulessin. Ruhulessin menegaskan, seluruh gereja di Maluku memberikan dukungan kepada KPU Maluku untuk melakukan Pilkada Putaran kedua sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Kata dia, Pilkada Maluku yang digelar pada tanggal 14 Desember 2013 mendatang, sama sekali tidak mengganggu jalannya proses ibadah advent menjelang puncak Natal pada tanggal 25 Desember 2013.
“Kecuali Pilkadanya digelar tanggal 25 Desember. Tentu kami tidak sepakat. Kalau dilaksanakan sebelum tanggal itu, maka umat Kristen seluruhnya mendukung,” tegas dia.
Jalannya Pilkada putaran kedua nanti, kata dia, sama sekali tidak mengganggu proses ibadah umat Kristiani di Maluku. Kalau ada orang yang mengklaim Pilkada kedua akan mengganggu jalannya proses advent dan Natal, maka hal itu merupakan pernyataan politikal. Pernyataan itu harus ditolak dan dilawan bersama.
“Kalau ada orang yang mulai sentuh-sentuh agama, bahwa jangan bikin Pilkada di bulan Desember 2013 karena itu ada adventus, Natal, mengganggu orang Kristen, itu semua tidak benar. Itu politikal. Sebagai Ketua Sinode, saya tegaskan bahwa itu politisasi agama. Dan itu musti ditolak. Karena itu bagian dari sikap orang yang membawa agama ke dalam politik. Dan, itu bisa menghancurkan Maluku. Bahkan, dari setiap proses ibadah, pihaknya berdoa agar Pilkada ini berjalan dengan aman dan damai, serta penuh semangat untuk kemaslahatan orang Maluku. Seluruh umat Muslim, saya ingin tegaskan bahwa gereja-gereja tidak tolak Pilkada putaran kedua. Kami memberikan dukungan penuh,” tegas dia, sekaligus menjadi klarifikasi isu yang berkembang saat ini.
Pernyataan dukungan Pilkada Maluku putaran kedua juga ditegaskan Ketua PHDI Maluku I Wayang Sukata, bahwa tidak ada alasan untuk menolak Pilkada putaran kedua. Pilkada merupakan agenda negara, yang harus didukung oleh semua orang. Untuk itu, dirinya meminta kepada seluruh warga di Maluku agar memilih pemimpin yang baik, sehingga ke depan tidak mengecewakan.
Serupa, ditegaskan Wakil Uskup Amboina Wilayah Kota Ambon, Pastor Amandus Oratmangun, Pr, mewakili Ketua Uskup Diosis Amboina, bahwa seluruh Katolik mendukung Pilkada Maluku dihelat pada tanggal 14 Desember 2013, sesuai jadwal di KPU. Kalaupun saat ini ada yang menolak, kata dia, hal itu lantaran terjadi ketidakpuasaan, dan hal ini perlu dicurigai karena ada kepentingan.
Bagi dia, dalam sebuah pertarungan, pasti ada kalah dan menang. Maka harus diterima saja apa yang sudah menjadi keputusan lembaga, yang dipercayakan negara untuk menangani Pilkada ini. Bahkan, dirinya menyebutkan kalau Pilkada digelar pada bulan Desember itu sangat tepat. Alasannya, umat Katolik akan memilih dengan doa, dan hati yang penuh tenang, serta tidak tergoda oleh apapun.
“Saya pribadi mendukung Pilkada putaran kedua, 14 Desember” tegas dia. Hal serupa ditegaskan Ketua Walubi Wilhelmus Jauwerissa, bahwa percepatan Pilkada itu sangat baik. Alasannya, Maluku akan lebih baik di masa mendatang, bila memiliki pemimpin yang definitif. Untuk itulah, Pilkada putaran kedua harus segera dilakukan demi mendapatkan pemimpin yang baik, layak dan cerdas dari kandidat yang siap untuk dipilih. Ia berharap, agar KPU segera melakukan kegiatan ini, karena kalau ditunda akan memperpanjang biaya.
“Rakyat harus sukseskan Pilkada putaran kedua. Karena itu digelar dengan uang rakyat. Jangan lagi ada pemborosan. Mari sama-sama wujudkannya. Pilihlah dan coblos pemimpin yang dapat membangun Maluku lebih maju. Pilkada kedua harus sukses. Jangan lagi korbankan umat karena kepentingan pribadi atau golongan,” tegas dia, mengakhiri.
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !